Selasa, 24 Januari 2012


Acara seruuuu ini berlangsung di plaza faperta unpad, fun and unforgetable moment deh :DD






read more "Himatan ikut Otrad (Olahraga Tradisional) Faperta"

Kongres HITI X diselenggarakan pada tanggal 6-8 Desember di Universitas Negeri Solo.




HITI sendiri merupakan wadah berkumpulnya para ahli dibidang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tanah yang senantiasa berusaha mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang dinyatakan dalam Mukadimah UUD 45, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hasil Seminar HITI
1. Sebagai bangsa  dan negara yang besar serta kekayaan sumberdaya hayati yang melimpah maka pengelolaan tanah dan hubungan antara tanah dan kehidupan yang menjadi fokus ruang-lingkup kerja HITI menjadi sangat vital bagi perwujudan cita-cita bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara menghadapi berbagai masalah yang berakar pada tanah seperti :
a. Ketimpangan penguasaan, kepemilikan, penggunaan  dan pemanfaatan tanah;
b. Ketimpangan spasial dan sosial;
c. Kerusakan tanah yang mengakibatkan banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, produktivitas yang tak kunjung dapat dinaikkan (leveling off);
d. Masalah lingkungan : pencemaran, emisi gas rumah kaca, pemanasan global;
e. Keterbatasan  produksi  berbagai bahan pangan seperti yang ditunjukkan oleh banyaknya jenis dan jumlah bahan pangan yang diimport (beras, gula, daging,  kacang-kacangan, buah dan sayuran dan bahkan garam;
f. Konflik penggunaan dan pemanfaatan tanah (landuse);
g. Sengketa dan konflik  penguasaan tanah;
h. Pengangguran;
i. Kemiskinan;
2. Sehubungan dengan itu maka pemahaman ilmu-ilmu tanah yang mempunyai berbagai dimensi: spasial, ekologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya menjadi sangat penting untuk  merumuskan kebijakan  dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara di atas.
3. Namun sayang  berbagai kebijakan yang diambil dalam mengatasi berbagai persoalan di atas  tidak fundamental oleh karena tidak menggunakan pemahaman ilmu-ilmu tanah yang  bersifat mendasar.
4. Beberapa kebijakan pemerintah yang kurang mempertimbangkan konsep-konsep ilmu-ilmu tanah dan berpotensi menimbulkan masalah sebagai berikut: 
a. Intruksi Presiden No. 10/2011 tentang Penundaan Pemberian Ijin Baru dan Penyempurnaan tatakelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut menunjukkan bahwa seluruh lahan gambut termasuk wilayah  yang harus dilakukan penundaan ijin, padahal berdasarkan pengetahuan ilmu tanah banyak wilayah lahan  yang dapat dikembangkan dan bahkan telah berkembang sebagai kawasan budidaya sejak puluhan tahun yang lalu. Kondisi ini akan menimbulkan  permasalahan di lapangan
b. Berdasarkan Undang-Undang 26/2007 tentang Penataan Ruang, daerah harus menyusun RTRW, setelah RTRW ditetapkan, bagaimana implementasi penatagunaan tanah pada tanah yang telah dikuasai masyarakat atau telah diberikan haknya. Disamping itu perlu ada mekanisme dimana penatagunaan tanah  dapat memberikan masukan dalam penyusunan  atau revisi RTRW. Untuk menjawab masalah tersebut diperlukan kepakaran ilmu tanah dalam spektrum yang luas tersebut agar tanah untuk kesejahteraan dan keberlanjutan dapat diwujudkan.
c. Kebijakan pangan nasional saat ini  sangat bersifat reaktif dan tidak jelas arahnya. Persoalan pangan nasional perlu direspon dengan kebijakan yang bersifat fundamental yang mana  pengetahuan dan ilmu-ilmu tanah dapat berkontribusi secara signifikan
d. Konversi penggunaan lahan pertanian ke penggunaan lahan  non pertanian terus berlangsung meskipun sudah ada Undang-undang No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan pemerintah yang mengikutinya telah diterbitkan, padahal   menurut ilmu-ilmu tanah tidak semua  tanah dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang produktif dan berkelanjutan.  Oleh karena itu maka konversi lahan pertanian pangan yang produktif perlu dihentikan,  dan alokasi penggunaan lahan non pertanian harus diarahkan pada tanah-tanah yang kurang subur.
e. Keputusan  Menteri Pertanian no 70/2011 tentang Pupuk Organik tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tanah  sehingga berakibat bahwa pupuk organik yang dijual berdasarkan kriteria standar Keputusan Menteri  tersebut  bukan pupuk organik, tetapi  dapat saja  berupa bahan tanah mineral yang kaya bahan organik.
f. Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Rawa yang diinisiasi oleh Kementrian PU, dan RPP Gambut oleh  Kementerian Lingkungan Hidup merupakan satu kesatuan yang seharusnya tidak bertentangan, namun saat ini kedua RPP tersebut masing-masing masih berdiri  sendiri yang tidak saling berhubungan. Agar kedua  RPP tersebut  dapat bersinergi, ilmu-ilmu tanah dapat dipakai untuk menjembatani  permasalahan tersebut. 
g. Dalam usaha pertambangan perlu rincian kegiatan pasca tambang, biasanya mencantumkan  kriteria konservasi tanah pucuk (top soil) yang ketebalannya hanya sekitar 20 cm.  Kriteria ini tidak  rasional berdasarkan ilmu tanah, seyogyanya ketebalan tanah pucuk  yang harus dikonservasi  disesuaikan dengan  rencana peruntukan, misalnya bila untuk tanaman keras maka lapisan tanah yang harus dikonservasi adalah lebih dari 1.5 m.
h. Berbagai isu lingkungan seperti pencemaran, gas rumah kaca (GRK), pemanasan global dsb, sering  direspon dengan kebijakan-kebijakan yang mengabaikan  pengetahuan dan ilmu tanah, padahal tanah adalah matrik dasar  sistem lingkungan hidup yang mendukung kehidupan.  Oleh karena itu maka  kebijakan lingkungan perlu mempertimbangkan ilmu tanah.
Hasil Kongres HITI:
1. Menyetujui peristilahan tanah: dalam bahasa Inggris: clay = klei, loam = lom, dan plastic = plastis. HITI akan melaporkan hasil kesepakatan ini kepada Komisi Istilah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian HITI akan mensosialisasikan dan menggunakan istilah-istilah tersebut dalam komunikasi ilmu tanah.
2. HITI menyepakati akan membuat Sistem Klasifikasi Tanah Nasional. Untuk tujuan itu, HITI akan membentuk Panitia Kerja Klasifikasi Tanah Nasional yang berkerjasama dengan lembaga/instansi terkait lainnya. Sistem tersebut akan dibangun berdasarkan data tanah yang telah dimiliki dan didokumentasikan oleh Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian.
3. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan issue-issue yang berhubungan dengan tanah dan lingkungan yang semakin meningkat maka ruang lingkup HITI terus berkembang sesuai dengan tantangan. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut Kongres menyetujui perubahan beberapa poin AD/ART. Kongres menyetujui pemekaran Komda Kalimantan menjadi Komda Kalsel, Komda Kalbar, Komda Kalteng, dan Komda Kaltim
4. Mendorong perguruan tinggi yang semula/masih memiliki Program Studi Ilmu Tanah agar segera mengajukan atau memperpanjang Program Studi Ilmu Tanah ke Dirjen Dikti. HITI akan mengawal dan mendorong Dirjen Dikti untuk segera memproses pengusulan pembukaan atau perpanjangan
5. Kongres Nasional XI HITI tahun 2015 akan dilaksanakan di Jawa Timur oleh Komda Jawa Timur.
6. Sebagai Ketua Umum HITI Periode 2011-2015 adalah Dr. Yuswanda A. Temenggung yang terpilih secara aklamasi dalam kongres yang dihadiri oleh sekitar 400 orang anggota HITI.
Surakarta, 7 Desember 2011.
read more "Kongres HITI X 6-8 Desember 2011 di Solo"

Indonesia memiliki lahan gambut tropis terluas di dunia 18-20 juta ha. Lahan gambut tropis merupakan tempat terpenting dan strategis dalam hal emisi gas karbon di dunia. Luas lahan gambut tropis hanya 3% dari total luas daratan yang ada di dunia, tetapi kandungan karbon yang tersimpan mencapai 1/3 karbon yang ada di dunia sehingga sangat penting untuk tetap menjaga kelestarian lahan gambut tropis di Indonesia.

Para peserta Field Short Course, Summer School Management Strategy of Tropical Peatland: Development and Conservation di Bogor, Palangkaraya, dan Riau pada tanggal 8-19 November 2011 *

Untuk memperkaya pengetahuan tentang pengembangan dan konservasi lahan gambut tersebut, mahasiswa Agroteknologi minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unpad angkatan 2008, Hingdri, mengikuti Field Short Course, Summer School Management Strategy of Tropical Peatland: Development and Conservation pada tanggal 8-19 November 2011di Bogor, Palangkaraya, dan Riau.

Acara ini merupakan hasil kerja sama antara “Establishment of Center for Integrated Field Environment Science” (IFES-GCOE) Hokkaido University, Japan, Intitut Pertanian Bogor, CIMTROP Universitas Palangkaraya, RAPP, Asian Agri dan Sinarmas. Peserta kegiatan ini  berasal dari kalangan mahasiswa S-1, S-2, S-3, profesor, peneliti, pemerintah dan pelaku  bisnis yang  berasal dari beberapa negara seperti Japan, China, Mongolia, Rusia, Malaysia, dan Indonesia.

Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian yaitu Pre-lecture, Fieldtrip, Presentasi dan Diskusi. Pre-lecture merupakan kuliah umum kepada peserta mengenai lahan gambut yang dilakukan sebelum fieldtrip ke lapangan.  Fieldtrip dilakukan selama 5 hari pada dua tempat berbeda yaitu Pelalawan, Riau dan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada akhir kegiatan dilakukan presentasi hasil fieldtrip dan diskusi perancangan proposal management strategy of tropical peatland (lahan gambut tropis).

Seperti yang kita ketahui bersama, pembukaan lahan gambut untuk pertanian menyebabkan beberapa dampak buruk, yang salah satunya adalah meningkatnya emisi gas karbon. Pengukuran yang dilakukan di daerah pertanian transmigran menunjukan peningkatan emisi gas karbon lebih dari 2x lipat dibandingkan dengan hutan alami yang menjadi laboratorium alami lahan gambut CIMTROP.

Pembukaan lahan gambut untuk kepentingan manusia seperti perkebunan, pertambangan dan pemukiman harus diperhitungan secara matang agar dampak buruk yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Tidak semua lahan gambut dapat dialih fungsikan untuk kepentingan manusia terdapat beberapa parameter yang harus diperhatikan seperti ketebalan gambut, tanah dasar gambut, pH tanah, dan lain-lain.

Dalam rilisnya Hingdri mengatakan bahwa kunci dalam pembukaan lahan gambut adalah sistem drainase dan pemilihan lahan gambut yang tepat  serta pemeliharan harus dilakukan terus menerus dan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha dan modal yang besar. Jika hal itu tidak dapat dipenuhi jangan membuka lahan gambut, jadikanlah hutan alami.

Pembukaan lahan gambut 1 juta ha oleh pemerintah pada tahun 1997 di Palangkaraya, Kalimantan tengah yang dianggap telah gagal menjadi salah satu contoh pembukaan lahan gambut yang salah. Saat ini lahan tersebut menjadi lahan terlantar dan sangat rawan kebakaran. Sangat diperlukan langkah-langkah untuk merehabilitasi lahan tersebut, salah satunya dapat dilakukan penghutanan kembali lahan tersebut. Masyarakat sekitar yang telah menetap disana harus dilibatkan dalam program penghutanan kembali teresebut
Peneliti dari Universitas Palangkaraya,  Suwido Limin, telah merancang suatu sistem “Buying Living Tree System” yang melibatkan masyarakat dalam program rehabilitasi tersebut. Ketika masyarakat dilibatkan maka kepedulian dan tanggung jawab masyarakat akan lebih besar. Masyarakat juga akan mendapat pengetahuan lingkungan dalam teori maupun tindakan. Pada akhirnya masyarakat pula yang akan mendapat keuntungan ekonomi dari hasil hutan tersebut.

Hingdri menegaskan bahwa sekarang adalah saatnya kita untuk memikirkan lahan gambut agar lahan gambut dapat tetap terjaga. Ketika lahan gambut terjaga maka perubahan iklim akibat gas rumah kaca dari lahan gambut akan berkurang, dunia akan menjadi lebih baik. Kita akan hidup lebih baik dan bukan hanya untuk kita tetapi untuk anak cucu kita. People for Peatland, Peatland for Earth, Earth for People.*

read more "Perkaya Pengetahuan Tentang Lahan Gambut, Mahasiswa Ilmu Tanah Ikuti Field Short Course di 3 Kota"

Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (Himatan) Fakultas Pertanian Unpad berhasil mempertahankan gelar juara umum dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional (Pilmitanas) yang digelar di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 15-19 November 2011 lalu. Dari serangkaian lomba yang digelar, Unpad berhasil meraih Juara I untuk Karya Ilmiah, Juara III  untuk Soil Judging Competition (SJC) atau klafikasi tanah, dan Juara I untuk Cerdas Cermat.

Tim Himatan Unpad yang berhasil mempertahankan gelar juara umum pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional (Pilmitanas) *
Pilmitanas tahun ini mengangkat tema “Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkeadilan untuk Kesejahteraan dan Kelestaraian Lingkungan”. Kegiatan ini juga pernah diadakan 2009 lalu di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan Himatan Unpad ketika itu juga berhasil meraih juara umum.

Rangkaian acara Pilmitanas meliputi lomba-lomba seperti cerdas cermat,soil judging (klasifikasi tanah), poster dan karya tulis ilmiah. Pada lomba cerdas cermat, peserta di uji kematangannya dalam menguasai soal-soal perkuliahan. Tim unpad berhasil melewati babak dan maju ke babak final. Akhirnya dengan strategi dan kemampuan yang dimiliki tim, Tim dari Himatan Faperta Unpad berhasil mengalahkan tim dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, dan Universitas Brawijaya (UB) Malang. Tim cerdas cermat Unpad diwakili oleh Joel Sihite, Sulistiawati, dan Winda Ika.

Selanjutnya, lomba soil judging competition (klasifikasi tanah).Pada lomba ini tim menurunkan Nurul Irfani, Joel Sihite, dan Winda Ika. SJC adalah bagaimana tim melakukan klasifikasi tanah secara langsung di lapangan. Kemampuan teori dan lapangan sanagt dibutuhkan dalam lomba ini. Lomba ini diadakan di kebun percobaan IPB. Dengan kerjasama dan ketelitian yang dimiliki, tim berhasil meraih juara III dalam mendeskripsikan jenis tanah secara menyeluruh.

Sementara karya tulis ilmiah dan poster, diselenggarakan secara bersamaan pada hari keempat pelaksanaan. Dalam Karya tulis ilmiah ini, tim Himatan Faperta Unpad diwakili oleh Riski Gusri Utami, Sulistiawati Pratiwi, dan Nurul Irfani. Dengan mengangkat judul “Reklamasi Lahan Bekas Tambang (Galian C) Dengan Metode Vegetasi Melalui Pengembangan Komoditas Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus), (Studi Kasus Di Desa Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang), tim berhasil meraih juara I. Namun untuk lomba poster, Tim Unpad yang diwakili Riski Gusri Utami tidak berhasil meraih juara.
Di hari terakhir kegiatan pilmitanas, seminar nasional diselenggarakan di gedung alumni IPB. Sebagai keynote speaker adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional RI (BPN RI) Joyo Winoto, Phd. Joyo membuka persepsi dan membuat main frame kepada para peserta seminar pada permasalahan pertanahan di Indonesia.  Seminar terdiri dari tiga sesi yang mengangkat tema “Relevansi Pengelolaan Sumber Daya Lahan Berbasis Lingkungan dengan UU 41/2009”, “Perspektif Mahasiswa Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Berkeadilan dan Berkelanjutan”, “Kebijakan alokasi sumberdaya lahan secara berkeadilan”, dan “Penataan Hukum lingkungan dalam mendukung peruntukkan sumberdaya lahan berkelanjutan”.
Kegiatan seminar diakhiri dengan pengumuman pemenang juara lomba. Tim kembali merebut juara umum pada Pilmitanas 2011. Acara di tutup dengan makrab bersama alumni Ilmu tanah IPB dan Dosen serta semua delegasi Universitas yang hadir. Pilmitanas sendiri dihadiri oleh sejumlah universitas di Indonesia yaitu, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Sriwijaya (Unsri), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Jember (Unej), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Universitas Hassanudin (Unhas), Universitas Khaerun Ternate (Unter), Universitas Mataram (Unram). *


read more "Himatan Faperta Unpad Juara Umum Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional"

Sumber daya lahan Indonesia merupakan anugerah dan amanat dari Tuhan Yang Maha Pemurah kepada seluruh Bangsa Indonesia. Amanat ini seharusnya dipertanggungjawabkan dengan cara memelihara dan mengoptimalkan pendayagunaannya untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Salah satu upaya memperkenalkan potensi lahan Indonesia tersebut adalah melalui kegiatan Soil Treasure.

Salah satu tim dalam kegiatan Soil Treasure sedang mencari cacing sebagai bioindikator kualitas tanah *

Soil Treasure adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (Himatan) Fakultas Pertanian Unpad sebagai bentuk kegiatan kaderisasi calon anggota Himatan 2011. Dalam kegiatan kaderisasi ini, Soil Treasure adalah singkatan dari Training for Surveyor and Analiser of Soil. Kegiatan ini diikuti sebanyak 36 anggota baru Himatan 2011 dan dilaksanakan selama 3 hari (29-31/10) lalu, bertempat di Kiara Payung dan Gedung Ilmu Tanah Faperta Unpad, Jatinangor. Seluruh peserta mengikuti upacara pembukaan yang dipimpin oleh Wino Adhyaksa Natadisastra dan pemaparan tentang Himatan oleh Ketua Himatan periode 2010-2011, Muhammad Firli Magribi Saman.

Dalam rilisnya disebutkan bahwa acara Soil Treasure dikemas untuk membentuk anggota baru Himatan yang sadar dan mengerti bagaimana mengoptimalkan sumber daya lahan Indonesia dengan baik. Acara diawali dengan pembekalan GPS dan peta pada saat keberangkatan, yang merupakan salah satu alat dari kegiatan survei tanah. Acara Soil Treasure ini, merupakan lanjutan atau acara puncak dari pra soil treasure sebelumnya, yaitu pembekalan oleh masing-masing keprofesian dalam ilmu tanah, yaitu, Kesuburan Tanah, Mikrobiologi dan Bioteknologi, dan Evaluasi Lahan.

Selanjutnya para peserta harus menganalisis fenomena yang terjadi pada tiap pos yang disediakan panitia. Pos I, adalah pos Evaluasi Lahan dan Ladang. Pada pos tersebut, peserta menerima penyampaian materi tentang kondisi di daerah tersebut yaitu ladang dan perlunya evalusi lahan yang merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Selanjutnya,  peserta pun melakukan analisis di lahan tersebut.

Pos II, yaitu pos DAS yang bertempat di daerah barrier atau penyangga, yaitu hutan pinus. Seperti halnya pada Pos I, peserta menerima materi dan menganalisis lahan tersebut. Selanjutnya pada Pos III, yaitu pos mikrobiologi dan kesuburan tanah, peserta belajar menilai kualitas lahan di daerah tersebut. Seluruh rangkaian acara Soil Treasure ini diikuti peserta dengan sangat baik, dan pada malam harinya mereka mempresentasikan hasil survei dan analisis yang telah mereka lakukan pada siang hari tadi.
Pada hari terakhir, para calon anggota baru Himatan mengikuti prosesi penerimaan dan pelantikan anggota baru Himatan 2011 yang bertempat di Ciparanje , Jatinangor. Acara pelantikan ini ditandai dengan penyematan syal dan penyembutan oleh panitia dan alumni Himatan dalam sebuah acara api unggun. *


read more "Himatan Faperta Unpad Gelar Soil Treasure untuk Perkenalkan Potensi Lahan"

Indonesia adalah negeri sejuta agraris dalam gambaran kehidupan masyarakat yang multi etnik. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat dari negeri ini memiliki sumber penghidupan dari sektor pertanian yang terus turun temurun dibawa dari generasi yang ada. Sektor ini pula yang menjadi tiang negera yang paling penting dalam memegang segala sektor yang ada. Siapa tak kenal akan sektor ini, dimulai dari yang muda hingga tua memahami sektor ini dan bagaimana perspektif yang ada. Hal ini berawal dari pola kehidupan yang terbentuk dahulu dari jaman purbakala hingga kini yang mulai menuju modern.

Namun sektor ini terlihat masih saja dianggap dipandang sebelah mata oleh banyak pihak terhadap perkembangannya. Pembangunan dari sektor ini telah lama didambakan masyarakat untuk tetap bergerak secara dinamis tapi pada kenyataannya masih saja “jalan ditempat saja” di paradigma yang sama dari dahulu hingga sekarang. Banyak kalangan mulai menilai pesimis dan jenuh akan pembangunan dari sektor ini. “Sektor ini telah layu sebelum berkembang” itulah penilaian dari kalangan – kalangan ini menilik semua dari problematika di Negeri ini. Hal ini jelas terlihat nyata dari berbagai sub bagian yang mewarnai sektor ini. Mulai dari sektor hulu produksi hingga sektor hilir produksi. Mulai dari permasalahan darimana benih atau bibit hingga efisiensi pola kerja pengolahan produk dari pertanian ini. Jelas ini gambaran yang menjelaskan bahwa pertanian Ibu pertiwi ini digerogoti rayap stagnanitas yang kompleks untuk dijelaskan. Padahal apabila diperhatikan sekilas dari segi sumber daya alam yang melimpah untuk diolah dari dasar pertanian, Ibu Pertiwi ini tidak akan mengalami demam “krisis” berkepanjangan. Lalu dari faktor sumber daya manusia yang begitu limpah meruah dari negeri ini harusnya membuat kita sangat optimis sekali untuk mengerjakan pembangunan sektor pertanian Ibu Pertiwi ini. Namun sektor ini tinggal menunggu alarm kemunduran dan kematian saja pada kenyataannya.

Kemudian dari segi sektor lain yang mendukung sektor ini adalah sebuah komitmen dan goodwill dari segala komponen bangsa. Sebenarnya komponen ini yang harusnya mampu mengembalikan momentum pembangunan sektor pertanian sebagai motor penggerak tiang Negara untuk membantu kesejahteraan kehidupan masyarakat luas. Namun pada kenyataannya komponen kebijakan dari pemerintah terkadang tidak tepat dalam mendukung dan berakibat fatal ke arah yang memburuk kondisi sektor ini. Contohnya saja dalam hal jalur koordinasi kegiatan impor komoditas maupun kebutuhan dari sektor ini hanya menguntungkan pihak pengusaha besar dan tidak memperhatikan kondisi pengusaha pertanian kecil serta petani. Mereka berani mengambil langkah lari seribu langkah daripada tidak ada sama sekali atau hanya menggerakkan secara instan saja dalam menghadapi masalah. Lalu perlindungan terhadap benih maupun bibit lokal yang terkadang hanya dibiarkan dalam pengembangannya. Belum lagi segi lingkungan lahan produksi pertanian yang mulai mengalami kemunduran dari kualitas yang dimilikinya. Banyaknya penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bersahabat membuat titik residu makin meningkat.

Lalu ada juga mengenai berita baik lainnya yaitu negeri ini adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5 persen atau 51 juta ton (Rice Almanac, 2002). Hal ini sangat mencengangkan yang berbanding terbalik dengan tingkat kekurangan gizi yang terus meningkat di kehidupan masyarakat. Namun entah kenapa problematika dari struktural serta kebutuhan hidup masyarakat masih belum mampu ditangani secara optimal dari negeri ini. Setiap harinya saja masih ada masyarakat yang mati kelaparan dan buruk tingkat kesejahteraannya. Apakah sudah banyak dirampok oleh pihak investor asing untuk mengambil berkat dari Negeri ini sehingga rakyat Negeri ini tetap menangisi hari esok.
  • Solusi Sebagai Titik Terang Pertanian
Sektor pertanian memang tiang dasar kesejahteraan kehidupan masyarakat luas dari Negeri kepulauan ini tapi sektor ini memiliki problematika akut dalam pembangunannya. Penyelesaian yang harus dilaksanakan adalah menyelesaikan sektor – sektor lainnya juga. Hal ini dapat menjadi pendukung keterpaduan lintas sektoral lebih baik lagi.
Pembangunan kebijakan yang idealis terhadap banyak pihak terutama mendukung penuh pengusahaannya dianggap sangat berarti sekali. Kebijakan penentuan adanya pola diversifikasi pangan Kebijakan ini akan membuat keanekaragaman produk dari produksi komoditas harus digarap dengan keseriusan tinggi sehingga akan membuat neraca produk stabil dan tidak akan timpang kedepannya. Negeri ini dapat mencontoh sedikit dari negeri sakura sana yaitu Jepang. Negeri tersebut berani mengambil langkah diversifikasi beras ke arah pengembangan umbi – umbian dan ubi – ubian secara tegas. Proses ini memang terlihat sulit terlihatnya tapi Jepang mampu melakukan hal tersebut sejak kalah peperangan dahulu dan memasukan pendidikan diversifikasi ini sejak usia menginjak sekolah dasar. Lalu dalam hal transformasi akses lahan pertanian yang juga harus dilakukan secara serius. Hal ini menjadi permasalahan penting juga mengingat bahwa sebagian petani yang ada di Indonesia adalah petani gurem. Lalu pemerintah juga mendaya gunakan investasi perlindungan yang multi disiplin apabila ingin meningkatkan pembangunan pertanian Indonesia. Kemudian transformasi industri pedesaan menjadi skala besar akan memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat luas.

Pengembangan teknologi dan penelitian yang terus digarap harus dijadikan prioritas teratas. Hal ini dikarenakan banyak petani yang sulit sekali mendapatkan bahan – bahan produksi dan teknologi yang mudah dan baik. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan di berbagai desa untuk melakukan pemetaan produk juga akan mempermudah setiap pertanian daerah. Lalu membangun jalur dan infrastruktur efektif,efisien serta moderen dalam memperkuat barisan pengembangan produk pertanian. Jika berbagai kebijakan dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan insentif bagi petani maka harapan dan optimisme keberhasilan pembangunan pertanian akan semakin nyata.

Ditulis Oleh : 
Juara 2 Lomba Penulisan Opini Faperta Unpad
(James Matheus, 150110080147, Agroteknologi 2008, Faperta Unpad)

read more "Pertanian Ibu Pertiwi Layu Sebelum Berkembang"



[Unpad.ac.id, 2/05/2011] Delegasi Fakultas Pertanian Unpad yang mengikuti Soil Judging Contest (SJC) dan Poster Competition dalam ajang Jambore Ilmu Tanah Indonesia (JITI) V di Universitas Tanjungpura Pontianak pada 20-25 April lalu, berhasil membawa pulang dua kemenangan untuk Unpad. Tim yang mewakili cabang lomba soil judging contest berhasil menjadi juara dua, sementara juara tiga berhasil diraih dari cabang lomba poster.

Tim Soil Judging Contest saat tampil di Pontianak *
Mereka yang mewakili Unpad dalam ajang dua tahunan itu semuanya merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Faperta Unpad. Adapun yang kemudian memenangkan juara dua dalam soil judging contest adalah Hingdri, Wino A.N., dan Wardiman W. Katili. Sementara itu, adalah Firli M. yang menyumbangkan juara tiga dalam lomba poster.
Tema yang diangkat pada JITI V kali ini adalah “Solidaritas untuk Konservasi.” Sejalan dengan hal itu, lomba poster pun bertemakan “Konservasi Lingkungan” dan karenanya Firli yang mewakili Unpad dalam cabang lomba tersebut, berupaya mengekspresikan dampak peru bahan lingkungan maupun tindakan konservasi dalam bentuk gambar.
Sementara itu, soil judging contest yang lebih mengarah pada tindakan aplikatif untuk merumuskan strategi pengelolaan suber daya alam, menantang para peserta untuk lebih tahu tentang lahan gambut. Ditemui Sabtu (30/04) ini, Hingdri salah seorang anggota timsoil judging contest asal Unpad mengaku bahwa sebelumnya ia dan rekan-rekannya sama sekali buta tentang lahan gambut.
“Tanahnya beda dengan kita, bukan tanah mineral. Kami menginjak tanah gambut pun tidak pernah,” ungkapnya.
Meski begitu, ia menjelaskan bahwa sebelum berangkat, mereka sempat melakukan persiapan hingga sekitar sebulan lamanya. Hal itu mereka lakukan dengan berbagi pada mahasiswa yang tingkatannya di atas mereka, melalui latihan dan pengarahan dari dosen tentang bagaimana sifat tanah di sana, juga dengan bertanya pada rekan-rekan yang pernah ke Palembang.
Yang menarik adalah meski dalam JITI V hanya tiga orang yang mewakili di soil judging contest dan satu orang lainnya di lomba poster, Hingdri mengatakan bahwa persiapan untuk mengikuti ajang tersebut telah dipersiapkan bersama lima orang delegasi Faperta Unpad lainnya, yakni M. Luqman K., Fitri Fajriyanti, Rizky Febria, Diandra Putra, Septian Dwi S.P.
Perangkat teorinya sudah mereka miliki, itu semua kemudian dipergunakan dalam soil judging contest di mana mereka harus melakukan survey dan identifikasi lahan. “Kami harus mengidentifikasi tanahnya sampai ke tingkat ordo dan subgrupnya, jadi benar-benar merinci,” jelasnya.
Tidak hanya berheti pada identifikasi lahan, para peserta juga diminta mengamati sifat tanah gambut dan merekomendasikan tata guna lahan serta evaluasi potensi lahan di daerah Provinsi Kalimantan Barat. Tanah yang kala itu diberikan kepada para peserta dalam kontes tersebut adalah tanah gambut yang berasal dari daerah Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.
Dalam kesempatan kali itu, mereka ternyata diberi jens tanah gambut dalam. Karena menurut teori tanah gambut itu tidak cocok untuk usaha pertanian, tim asal Unpad itu pun mengusulkan untuk tidak dilakukan apa-apa, kecuali konservasi lahan.
Saat berbicara tentang pentingnya turut aktif dalam kegiatan-kegiatan semacam itu, Hingdri menyebutkan bahwa Indonesia memiliki lahan gambut terluas di Asia Tenggara, bahkan nomor tiga di dunia. Menurutnya, ada banyak potensi yang bisa digali dalam gambut dan itu harusnya dikelola dengan baik agar jangan sampai ada pembalakan liar dan pengrusakan lahan yang memusnahkan organisme-organisme lokal.
“Ajang semacam itu juga penting karena memungkinkan mahasiswa untuk menggali ilmu tanah yang ada di sana hingga ke aspek bagaimana tanah bisa menyejahterakan masyarakat,” pungkasnya. (eh)*

read more "Mahasiswa Faperta Unpad Raih Dua Kemenangan Dalam Jambore Ilmu Tanah Indonesia"

Maret 2011, Himatan Faperta Unpad mengadakan Soil Adventure untuk menyambut adik-adik Agroteknologi 2008 yang mengambil minat Ilmu tanah sekaligus acara ramah tamah melepas dosen-dosen pensiun Jurusan Ilmu Tanah Unpad. experience, fun, solid,..! viva soil, soil solid!





read more "Soil Adventure"
 

ShoutMix chat widget